Dua dari sedikit gletser tropis dunia di Indonesia mencair, esnya terancam lenyap pada tahun 2026 atau lebih cepat, karena pola cuaca El Nino memperpanjang musim kemarau di negara di Asia Tenggara itu, kata Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rabu (23/8).
Indonesia, tempat berlokasinya sepertiga hutan hujan dunia memperkirakan musim kemarau dapat berlangsung hingga Oktober sementara El Nino meningkatkan risiko kebakaran hutan dan mengancam pasokan air bersih.
Sementara badan tersebut telah memperingatkan bahwa fenomena cuaca Samudera Pasifik itu dapat membuat musim kemarau tahun ini menjadi yang paling parah sejak 2019, salah satu peneliti iklimnya mengatakan hal itu juga dapat membahayakan gletser tropis berusia 12.000 tahun di Indonesia.
“Gletser mungkin menghilang sebelum 2026, atau bahkan lebih cepat, dan El Nino dapat mempercepat proses pencairannya,” kata Donaldi Permana, merujuk pada apa yang disebut ‘Gletser-gletser Keabadian’.
Gletser-gletser yang dimaksud adalah Carstensz Pyramid yang biasa disebut Puncak Jaya, setinggi 4.884 meter dan East Northwall Firn setinggi 4.700 meter di pegunungan Jayawijaya di wilayah paling timur Papua. Kedua gletser itu termasuk sedikit yang tersisa di daerah tropis.
Gletser-gletser itu telah menipis secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata Donaldi, menjadi delapan meter pada tahun 2021 dari 32 meter pada tahun 2010, sementara lebar totalnya turun menjadi 0,23 kilometer pada tahun 2022, dari 2,4 kilometer pada tahun 2000.
Tapi, ia mengatakan, sedikit yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan itu. Donaldi mengtakan, penyusutan itu bisa mengganggu ekosistem regional dan memicu kenaikan permukaan laut global dalam satu dekade.
“Kita sekarang dalam posisi untuk mendokumentasikan kepunahan gletser,” tambah Donaldi, koordinator divisi penelitian iklim BMKG. “Setidaknya kita bisa memberi tahu generasi mendatang bahwa dulu kita memiliki gletser.”
Selain Papua, gletser tropis dapat ditemukan di Pegunungan Andes di Amerika Selatan; serta d Pegunungan Kilimanjaro, Gunung Kenya, dan Pegunungan Rwenzory di Afrika.
Indonesia adalah pengekspor batu bara terbesar di dunia, dan bertujuan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Tenaga berbahan bakar batu bara memenuhi lebih dari setengah pasokan energi tanah air.
Tahun lalu, Indonesia menetapkan tenggat waktu yang ambisius pada tahun 2030 untuk mengurangi emisi sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri, atau sebesar 43,2 persen dengan dukungan internasional. [ab/uh]