Jakarta, CNN Indonesia —
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) António Guterres mengatakan saat ini dunia berada pada masa pendidihan global, bukan lagi pemanasan global. Apa maknanya?
Dikutip dari situs PBB, dia memperingatkan “era pemanasan global telah berakhir” dan “era pendidihan global telah tiba.”
“Perubahan iklim sudah ada di sini. Itu menakutkan. Dan ini baru permulaan. Masih mungkin membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5C [di atas tingkat pra-industri], dan menghindari perubahan iklim yang paling buruk. Tapi hanya dengan aksi iklim yang dramatis dan langsung,” lanjut Guterres.
Kenapa istilah pendidihan global itu muncul?
Pernyataan PBB ini terbit setelah para ilmuwan mengkonfirmasi tiga pekan terakhir menjadi yang terpanas sejak pencatatan dimulai dan Juli 2023 menjadi bulan terpanas dalam sejarah.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan program pengamatan Bumi Copernicus Uni Eropa, temperatur global bulan Juli telah memecahkan rekor.
Fenomena ini dipicu pembakaran bahan bakar fosil sehingga memacu cuaca buruk.
Ilmuwan dari WMO dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus Komisi Eropa menggambarkan kondisi bulan ini sebagai “insiden luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya”
Mereka mengatakan data baru menunjukkan sejauh ini Juli 2023 telah mencatat periode tiga minggu terpanas yang pernah tercatat dan rekor tiga hari terpanas.
“Kami dapat mengatakan bahwa tiga minggu pertama bulan Juli adalah periode tiga minggu terhangat yang pernah diamati dalam catatan kami,” kata Carlo Buentempo, Direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus, melalui Zoom.
Dia menjelaskan anomali ini sangat besar sehubungan dengan bulan-bulan lain yang memecahkan rekor, sehingga peneliti yakin bahwa bulan itu, bulan secara keseluruhan akan menjadi Juli terhangat dalam rekor dunia.
Selain itu, yang sama mengkhawatirkannya adalah fakta suhu lautan berada pada level tertinggi yang pernah tercatat sepanjang tahun ini. Tren ini sudah terlihat sejak akhir April.
Mengutip laporan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora, sejak 1970-an tahun 2015 hingga 2022 mencatat rekor delapan tahun terhangat.
Kondisi fenomena La Niña telah berakhir dan kini digantikan oleh El Niño yang artinya situasi suhu air laut makin menghangat.
Perairan mulai memanas di Pasifik tropis, membawa kemungkinan satu dari lima tahun ke depan akan menjadi yang terpanas.
Terpisah, ilmuwan iklim di Universitas Leipzig Karsten Haustein menemukan dunia lebih panas 1,5 derajat Celsius pada Juli 2023 dibandingkan rata-rata Juli sebelum era industrialisasi.
Dikutip dari The Guardian, Haustein mengatakan temperatur bulan Juli “sangat keterlaluan” sehingga para ilmuwan dapat memprediksi itu akan menjadi rekor terpanas.
Dia mengambil perkiraan suhu global dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA). Ia menemukan Juli 2023 kemungkinan akan mengalahkan rekor kenaikan suhu pada 2019 sebesar 0,2 derajat Celsius.