Cianjur, CNN Indonesia —
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti jalur sesar atau patahan yang memicu gempa Magnitudo (M) 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, pada November lalu.
Peneliti di Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, Bambang Sugiarto menjelaskan tim peneliti melakukan penelitian di lima titik hipotesis awal sesar Cugenang.
“Kita lakukan evaluasi dari data penelitian riset yang lalu, yang sudah ada dari banyak instansi, lembaga, dan universitas. Masih belum jelas, sesar atau patahan atau sumber gempa bumi yang menyebabkan gempa bumi Cianjur ini,” ujar Bambang di Cianjur, Kamis (27/7).
Lima lokasi yang diteliti itu ada di empat desa di Kecamatan Cugenang, antara lain di Desa Cibulakan, Desa Benjot, Desa Gasol dan Desa Mangunkerta.
Acuan penelitian di lima daerah itu berdasarkan monitoring geospasial yang dilakukan oleh gabungan lembaga penelitian dan universitas.
Kendati sudah melakukan penelitian di hari ketiga ini, tim peneliti belum menemukan lokasi patahan yang jelas dari sesar cugenang itu.
“[Lokasi patahan] belum ditemukan. Karena disebut ditemukan itu kalau data parameter sesar aktifnya sudah jelas, panjangnya di mana, titik koordinatnya di mana, lewati area mana, miringnya ke mana, kedalamannya berapa, itu yang sedang kita lakukan penelitian,” katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa yang menghancurkan ratusan bangunan serta memakan korban jiwa di Cianjur berasal dari Sesar Cugenang yang baru teridentifikasi.
BMKG menjelaskan area sesar seluas kurang lebih 9 kilometer persegi dan membuat sembilan desa dinyatakan sebagai zona berbahaya untuk dihuni, karena rawan gempa bumi.
Sesar Cugenang merupakan sesar baru yang ditemukan BMKG berdasarkan analisis focal mechanism (analisis sumber gempa), analisis citra satelit, dan foto udara pascagempa Cianjur November 2022 yang menewaskan setidaknya 625 warga.
Penemuan sesar ini menjadikan Indonesia memiliki 295 patahan aktif yang telah diidentifikasi.