Simalungun, CNN Indonesia —
Co Chair W20 Dian Siswarini mengungkapkan kaum perempuan memiliki gap hingga 25 persen dalam hal literasi digital dibandingkan kaum adam.
Hal itu menjadi salah satu rekomendasi dalam forum W20 Summit, yang merupakan bagian dari forum G20 berfokus pada aspirasi perempuan, yang diselenggarakan di Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, 18-20 Juli 2022.
G20 sendiri adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar dan Uni Eropa.
“Sekarang di dunia masih banyak kesenjangan untuk literasi digital di kalangan perempuan dan di kalangan laki-laki. Rata-rata bedanya itu antara 20 sampai 25 persen,” ujar Dian kepada wartawan, Senin (18/7).
Rekomendasi itu dinilai penting dikemukakan dalam forum internasional yang dihadiri oleh 15 negara sebagai bagian dari pemberdayaan perempuan. Sebanyak 15 negara yang hadir di antaranya Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, India, Portugal, Turki dan Prancis.
Menurut dia, fokus digitalisasi dan penetrasi Internet jadi bagian penting juga dalam forum G20, yang berlangsung di Bali 15-16 November mendatang. “Digital merupakan satu pilar yang penting karena memang digital juga adalah pilar utama G20,” tuturnya.
Dengan rekomendasi itu, Dian berharap Pemerintah Indonesia tak hanya membangun infrastruktur digital, tapi juga membantu edukasi perempuan.
Terlebih, pandemi Covid-19 membuat peran perempuan sangat diandalkan, mulai dari memantau pembelajaran jarak jauh (PJJ) anak hingga memulai usaha digital.
“Misalnya untuk sektor swasta, kami di XL Axiata punya platform namanya Sisternet, ini bisa diakses oleh para perempuan untuk belajar mengenal Internet,” tuturnya.
Kemudian, Dian mengklaim platform itu juga bisa menjadi medium untuk meningkatkan taraf hidup, misalnya untuk mengajari anak, berjualan dan melakukan jualan secara daring.
Kami bersepakat dengan peningkatan literasi digital perempuan, karena dengan itu perempuan bisa lebih berdaya karena mereka bisa menggunakan pengetahuan dalam digital tersebut untuk membangun bisnis mereka
“Memang kalau dari pemerintah yang utama harusnya internetnya ada di daerah-daerah juga dong,” ujarnya.
Di samping itu ia juga menyoroti perihal perangkat pintar yang digunakan dalam satu rumah. Jika hanya punya satu device, disarankan untuk tidak membedakan wanita, karena wanita berhak mendapat literasi digital.
Dalam paparan yang disampaikan perwakilan W20 itu, terdapat 25 poin yang bakal direkomendasikan oleh forum. Di antaranya membangun basis data berbasis gender, anti kekerasan gender dan meningkatkan kemampuan perempuan desa.
(can/arh)