Jakarta (ANTARA) – CEO OpenAI Sam Altman baru-baru ini membahas antisemitisme dan Islamofobia seputar konflik Israel-Palestina dan mengatakan bahwa para pekerja teknologi Yahudi, seperti dia, mendapat lebih banyak dukungan dari industri teknologi informasi (TI) ketimbang rekan-rekan kerjanya dari kalangan Muslim dan Palestina.
Sam Altman mengatakan para pekerja teknologi Palestina yang dia ajak bicara tidak merasakan kebebasan untuk mengekspresikan diri karena mereka khawatir hal itu akan merugikan karier mereka, seperti dilansir dari Business Insider, Minggu.
Sam Altman melalui Twitter untuk berbagi pemikirannya pada Kamis (4/1) lalu.
“Rekan-rekan Muslim dan Arab (terutama warga Palestina) di komunitas teknologi yang saya ajak bicara merasa tidak nyaman menceritakan pengalaman mereka baru-baru ini, sering kali karena takut akan pembalasan dan merusak prospek karier,” tulis Sam Altman.
Baca juga: Rincian terbaru tentang pemecatan Sam Altman dari OpenAI
Sam Altman melanjutkan bahwa industri teknologi mesti bersatu dalam mendukung rekan-rekan kerja Muslim dan Arab pada saat seperti ini.
“Saya terus mengharapkan perdamaian yang nyata dan abadi dan pada saat yang sama kita dapat memperlakukan satu sama lain dengan empati,” kata Altman.
Mengacu cuitan Altman, seorang pengguna kemudian memberikan komentar dengan bertanya mengenai interaksi para pekerja Yahudi dalam komunitas teknologi.
“Saya orang Yahudi. Saya percaya bahwa antisemitisme adalah masalah yang signifikan dan terus berkembang di dunia dan saya melihat banyak orang di industri kita mendukung saya. Hal ini sangat saya hargai. Saya tidak melihat banyak hal seperti itu bagi umat Islam,” kata Altman memberikan tanggapan.
Cuitan Altman tersebut berkaitan dengan perusahaan-perusahaan teknologi yang kesulitan mewadahi komunikasi antarkaryawan mengenai konflik Israel-Palestina.
Misalnya perusahaan Apple yang menghapus pesan Slack dari karyawan karena membahas tentang perang, sebelum perusahaan akhirnya membuat kebijakan menahan sementara saluran Slack khusus untuk karyawan Muslim dan Yahudi.
Sedangkan di Google, beberapa karyawan menerbitkan surat terbuka pada bulan November yang mengatakan bahwa pekerja Muslim, Arab, dan Palestina di perusahaan tersebut menjadi sasaran “kebencian, pelecehan, dan pembalasan” serta “standar ganda dalam hal kebebasan berekspresi”.
Baca juga: Sam Altman kembali sebagai CEO OpenAI setelah pemecatan
Baca juga: Dukung Gaza, peretas Yordania targetkan situs militer Israel
Baca juga: Indonesia serukan penghormatan, pemenuhan hak Palestina
Penerjemah: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024