Jakarta, CNN Indonesia —
Lembaga penerbangan dan antariksa AS (NASA) kehilangan kontak dengan satelit Cislunar Autonomous Positioning System Technology Operations and Navigation Experiment (CAPSTONE).
Satelit itu sebelumnya diluncurkan pada 28 Juni, sebelum kemudian keluar dari orbit Bumi untuk menuju Bulan.
“CAPSTONE NASA mengalami masalah komunikasi setelah peluncurannya pada 4 Juli. Ini adalah pembaruan tentang kondisi pesawat ruang angkasa dan upaya untuk mendapatkan kembali kontak antara CAPSTONE dan Deep Space Network (DSN) NASA,” demikian dikutip dari situs NASA, Rabu (6/7).
NASA mengatakan masalah komunikasi ini berdampak pada penundaan “manuver koreksi lintasan pertama CAPSTONE”, dari yang semula dijadwalkan pada Rabu (5/6) pagi.
“Manuver ini adalah yang pertama dari rangkaian yang dirancang untuk membuat koreksi kecil untuk meningkatkan akurasi transfer orbit ke Bulan,” demikian keterangan NASA.
“Tim sedang bekerja untuk menyelesaikan masalah komunikasi CAPSTONE,” lanjutnya.
CAPSTONE sendiri dideskripsikan sebagai wahana antariksa seukuran microwave dengan berat hanya 55 pon yang akan berfungsi sebagai pesawat ruang angkasa pertama yang menguji orbit bulan elips yang unik.
Dalam rencana perjalanannya ke Bulan, CAPSTONE, yang berbobot 55 pounds (24 kg), akan menggunakan propulsi atau pendorong roketnya serta gravitasi Matahari sebagai navigasi menuju Bulan. Ditargetkan, CAPSTONE akan masuk ke NRHO sekitar 13 November.
Dikutip dari situs NASA, Rocket Lab -perusahaan manufaktur wahana dan peluncuran luar angkasa- meluncurkan CAPSTONE pada roket Electron dari Selandia Baru. Setelah enam hari terakhir mengorbit untuk mendapatkan kecepatan ideal, satelit itu akhirnya mengarah ke Bulan.
Selanjutnya, NASA akan menempatkan CAPSTONE di Near Rectilinear Halo Orbit (NRHO) di sekitar Bulan. Area itu belum pernah dicoba sebelumnya.
NASA juga berencana menggunakan orbit yang sama untuk stasiun ruang angkasa Gateway, yang akan memberikan dukungan untuk misi jangka panjang di Bulan di bawah program Artemis.
Mengutip Engadget, Gateway rencananya bakal menjadi tempat bernaung bagi astronot, riset, dan pada akhirnya memungkinkan perjalanan ke Mars atau yang lebih jauh.
Lebih lanjut, NASA telah mengumumkan pekan lalu bahwa mereka menargetkan peluncuran misi Artemis 1 antara 23 Agustus dan 6 September. Di misi ini, NASA akan mengirim wahana nirawak, Orion ke Bulan untuk mengkaji dampak perjalanan ke tubuh manusia.
Pada 1 Juni, NASA telah menuntaskan gladi resik untuk misi Artemis 1 di Kennedy Space Center. Misi Artemis 1 juga menjadi ujian bagi Space Launch System (SLS) Block 1 yang berdiri setinggi 98 meter.
SLS pertama-tama akan menempatkan Orion ke orbit Bumi yang rendah, kemudian bertahap ke orbit atas, melakukan apa yang disebut injeksi trans-lunar.
Dalam misi tiga minggunya, Orion akan mengerahkan 10 satelit berukuran kotak sepatu yang dikenal sebagai CubeSats, untuk mengumpulkan informasi tentang lingkungan luar angkasa.
Misi ini akan melakukan perjalanan di sisi jauh dari Bulan, berkat pendorong yang disediakan oleh modul layanan Badan Antariksa Eropa (ESA). Pendorong nantinya akan kembali ke Bumi, di mana pelindung panasnya akan bertahan terhadap atmosfer.