Tukang pos Eugene Gates Jr. sedang mengantarkan surat di tengah cuaca panas yang sangat menyengat di Dallas pada musim panas ini ketika ia tiba-tiba jatuh pingsan di halaman sebuah rumah. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi nyawanya tak tertolong lagi.
Istrinya, Carla Gates, mengatakan ia yakin udara panas adalah faktor penyebab kematian suaminya yang berusia 66 tahun. Meskipun demikian ia masih menunggu hasil otopsi.
“Ketika dokter datang dan mengatakan kepada saya bahwa Eugene tidak dapat bertahan, saya tak sadarkan diri. Saya jatuh ke lantai, berteriak dan meraung-raung. Saya mendengar apa yang dikatakanya, tetapi saya tidak tahu artinya. Setelah itu saya tidak ingat lagi bagaimana saya berjalan ke kamar mayat untuk melihat Eugene. Terakhir kali saya melihat suami saya masih hidup di ruangan, ada selang di tenggorokannya.”
Ketika Eugene Gates meninggal pada tanggal 20 Juni lalu, suhu udara mencapai 98 derajat Fahrenheit atau 36,6 Celcius, dan indeks panas – yang juga mempertimbangkan kelembapan – telah melonjak lebih dari 110 derajat Fahrenheit atau 43,3 Celcius.
“Saya akan mempercayai hal ini sampai saya mati, bahwa Eugene meninggal karena terkait dengan cuaca panas.”
Bahkan ketika tampak jelas bahwa panas yang ekstrem merupakan salah satu faktor kematian, sertifikat kematian tidak selalu mencerminkan hal itu.
Para ahli mengatakan kekacauan cara yang digunakan oleh lebih dari 3.000 county (distrik setingkat kabupaten) dalam menghitung kematian akibat panas membuat tidak pernah ada data pasti untuk mengetahui berapa banyak orang yang meninggal di Amerika setiap tahunnya karena suhu yang terus memanas.
Ketidaktepatan tersebut menghambat upaya untuk melindungi masyarakat dari panas yang ekstrem, karena para pejabat yang membuat kebijakan dan mendanai program tidak bisa mendapatkan dukungan finansial dan dukungan lain yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan.
Epidemiolog di University of Washington, Prof. Kristie L. Ebi, yang memusatkan perhatian pada dampak pemanasan global terhadap kesehatan manusia, mengatakan, “Sudah diketahui bahwa tidak semua kematian akibat suhu panas dilaporkan… Kita mendapati kebanyakan kematian ini tidak dicatat sebagai akibat suhu panas. Hampir separuhnya justru dinilai meninggal karena penyakit kardiovaskular. Misalnya, orang yang meninggal karena serangan jantung, yang sebenarnya ia tidak akan mengalami serangan jantung jika tidak karena suatu penyebab.”
Padahal menurut Kristie memiliki kategorisasi yang tepat akan sangat membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mencegah kematian.
“Karena dengan begitu kita dapat mulai mengembangkan sistem peringatan dini dan menarget orang-orang yang berisiko lebih tinggi untuk memastikan agar mereka sadar akan risiko tersebut. Pada dasarnya, semua kematian akibat cuaca panas dapat dicegah. Orang tidak perlu meninggal karena cuaca panas.”
Namun, saat ini satu-satunya konsistensi dalam menghitung kematian akibat panas di AS adalah pengakuan sebagian pejabat dan pakar iklim bahwa jumlah kematian yang dilaporkan sangat sedikit.
Metode “Counting Excess Deaths”
Banyak pakar mengatakan metode standar yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu – yang dikenal sebagai “counting excess deaths” atau penghitungan kematian berlebih – dapat menunjukkan dengan lebih baik bagaimana panas ekstrem membahayakan manusia.
Perhitungan kematian berlebih sering digunakan untuk memperkirakan jumlah korban jiwa dalam bencana alam, di mana para pakar menghitung jumlah korban jiwa yang melebihi jumlah korban jiwa yang terjadi pada waktu yang sama di tahun sebelumnya saat kondisi cuaca normal.
Penghitungan kematian berlebih digunakan untuk menghitung dampak pada manusia dari gelombang panas di Chicago yang menewaskan lebih dari 700 orang pada bulan Juli 1995, di mana kebanyakan adalah warga kulit hitam lanjut usia yang tinggal sendirian.
Para peneliti juga menghitung kelebihan kematian selama pandemi COVID-19 untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang kematian langsung dan tidak langsung terkait virus corona.
Saat ini Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan hanya 600 hingga 700 kematian akibat panas setiap tahunnya di Amerika.
Sebuah studi yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Nature Medicine memperkirakan ada lebih dari 61.000 kematian terkait panas pada musim panas lalu di seluruh Eropa. Jumlah penduduk Eropa hampir dua kali lipat dari populasi Amerika, namun jumlah kematian akibat panas lebih dari 100 kali lipat.
Sameed Khatana, staf pakar jantung di Pusat Medis Veteran (VA Medical Center) di Philadelphia dan asisten profesor di Fakultas Kedokteran Perelman University of Pennsylvania mengatakan kematian di mana suhu udara panas berkontribusi signifikan terhadapnya – misalnya dalam kasus seperti gagal jantung – seharusnya juga dipertimbangkan.
Khatana ikut serta dalam penelitian yang dipublikasikan tahun lalu, yang menghitung kelebihan kematian di semua negara bagian Amerika. Penelitian itu mendapati bahwa sejak tahun 2008 hingga 2017, antara 3.000 hingga 20.000 kematian orang dewasa dari semua penyebab yang tercantum dalam sertifikat kematian adalah terkait dengan cuaca panas yang ekstrem. Penyakit jantung tercatat sebagai penyebab sekitar setengah dari seluruh angka kematian tersebut.
Setelah gelombang panas di Pasifik Barat Laut pada musim panas 2021, provinsi British Columbia di Kanada melaporkan lebih dari 600 kematian akibat paparan panas. Sementara Oregon dan Washington masing-masing melaporkan lebih dari 100 kematian.
Hingga saat ini belum ada keseragaman soal siapa yang melakukan penghitungan tentang kematian akibat cuaca panas di seluruh yurisdiksi Amerika.
Memastikan Penyebab Kematian Akibat Cuaca Panas Butuh Waktu Lama
Investigasi kematian di beberapa tempat mungkin dilakukan oleh pemeriksa medis, biasanya dokter yang terlatih dalam bidang patologi forensik. Di tempat lain, petugas koroner bisa saja seorang sheriff terpilih, seperti yang ada di Orange County, California. Di beberapa wilayah kecil di Texas, justru hakim yang dapat menentukan penyebab kematian.
Utah dan Massachusetts adalah beberapa negara bagian yang tidak melacak kematian yang berhubungan dengan panas, di mana paparan panas yang ekstrem merupakan faktor sekunder.
CDC yang kerap terlambat beberapa tahun untuk melaporkan hal-hal seperti ini, umumnya mengambil informasi tentang kematian akibat panas dari informasi sertifikat kematian yang ada dalam database lokal, negara bagian, suku, dan teritorial.
Dalam sebuah pernyataan CDC mengatakan petugas kamar mayat dan pihak-pihak lain yang mengisi sertifikat kematian sedianya “didorong untuk melaporkan semua penyebab kematian,” tetapi tidak perlu mengaitkan penyebab yang berkontribusi pada kematian akibat paparan panas yang ekstrem dan menyertakan kode diagnostik untuk penyakit terkait suhu udara panas.
Hess, petugas koroner Arizona, mengatakan, menentukan bahwa panas lingkungan merupakan faktor penyebab kematian seseorang itu sulit dan bisa memakan waktu berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan untuk melakukan investigasi, termasuk tes toksikologi.
Hess mencatat Pima County pada tahun ini mulai memasukkan kematian terkait panas dalam penghitungan kematian akibat panas lingkungan. Maricopa County, di Phoenix, kota besar terpanas di Amerika, selama bertahun-tahun telah memasukkan kematian terkait panas. Dan kini Clark County, di Nevada, Las Vegas, juga mempertimbangkan kematian yang disebabkan oleh panas.
Departemen Kesehatan Masyarakat Maricopa mencatat 425 kematian “terkait panas” tahun lalu, termasuk kematian yang disebabkan oleh faktor sekunder, seperti serangan jantung yang dipicu oleh suhu tinggi. Sementara hingga 5 Agustus 2023 ini mereka melaporkan 59 kematian terkait panas, sementara 345 kematian lainnya sedang diselidiki. Jumlah terbaru itu menyusul bulan terpanas di Phoenix yang tercatat dalam rekor, dan rekor 31 hari berturut-turut dengan suhu 110 derajat Fahrenheit atau 43,3 Celcius, atau lebih tinggi.
Dallas, yang secara teratur mengalami musim panas sangat terik dengan suhu tertinggi lebih dari 100 derajat Fahrenheit atau 37,7 Celcius, telah mendorong peringatan panas bulan ini. Dallas juga bergulat dengan kelembapan yang sangat buruk.
Carla Gates Dorong Perhatian Serius Pemerintah Bagi Pekerja Lapangan
Carla Gates mengatakan kota-kota di seluruh dunia kini harus belajar menghadapi cuaca ekstrem. Ia mengatakan suaminya, Eugene, yang telah bekerja selama 36 tahun, mencoba melindungi dirinya dengan membawa peti berisi es dan beberapa botol air dingin dalam setiap perjalanannya.
“Iklim kita sudah berubah. Dan saya rasa tidak akan kembali seperti 20 tahun lagi. Jadi kita harus membiasakan diri dan melakukan penyesuaian.”
Carla ingin menghormati suaminya dengan mendorong legislasi untuk memastikan agar orang-orang yang bekerja di luar ruangan lebih terlindungi dari panas. Gates mengatakan pada hari ketika suaminya meninggal, ia berada di dalam truk surat tua tanpa fungsi pendingin ruangan.
“Saya tidak ingin hal ini terjadi pada siapa pun, siapa pun yang menerima telepon bahwa orang yang mereka cintai meninggal saat bekerja, melakukan sesuatu yang mereka sukai di tengah cuaca panas,” ujarnya. [em/lt]