Jakarta, CNN Indonesia —
Manusia purba pernah menjadi ‘penguasa’ di zaman pleistosen. Pasalnya, mereka hanya mengonsumsi daging yang membuatnya berada di puncak rantai makanan selama 2 juta tahun.
Menurut sebuah studi dari para antropolog dari Universitas Tel Aviv Israel dan Universitas Minho di Portugal, tahun lalu, manusia pemburu-peramu modern memberi kita kesan yang salah tentang apa yang dikonsumsi pendahulunya.
“Perbandingan ini sia-sia, karena 2 juta tahun yang lalu masyarakat pemburu-peramu dapat berburu dan mengonsumsi gajah dan hewan besar lainnya. Sementara pemburu peramu saat ini tidak memiliki akses ke karunia seperti itu,” ujar Miki Ben-Dor, peneliti dari Universitas Tel Aviv Israel, seperti dikutip dari ScienceAlert.
Sebuah tinjauan pada ratusan penelitian sebelumnya tentang anatomi dan fisiologi manusia modern hingga ukuran isotop di dalam tulang dan gigi manusia purba menunjukkan manusia pada dasarnya adalah predator puncak hingga kira-kira 12 ribu tahun yang lalu.
Rekonstruksi daftar makanan hominid (manusia dan kerabatnya seperti simpanse) yang hidup sejauh 2,5 juta tahun yang lalu menjadi jauh lebih sulit dengan adanya fakta bahwa sisa-sisa tumbuhan tidak dapat diawetkan semudah tulang, gigi, dan cangkang hewan.
Penelitian lain mencoba menggunakan analisis kimia tulang dan enamel gigi untuk menemukan contoh diet yang banyak mengandung bahan tanaman dalam skala lokal. Namun mengaplikasikan temuan tersebut dalam skala yang lebih besar disebut tidak mudah.
Para peneliti menemukan banyak bukti perburuan hewan dalam catatan fosil. Untuk menentukan apa yang dikumpulkan atau diramu, para antropolog secara tradisional beralih ke etnografi modern berdasarkan asumsi bahwa hanya sedikit yang berubah.
Sayangnya menurut Ben-Dor dan rekan-rekannya, metode ini adalah kesalahan besar. “Seluruh ekosistem telah berubah, dan kondisinya tidak dapat dibandingkan,” ujar Ben-Dor.
Zaman Pleistosen adalah waktu yang cukup menentukan bagi manusia dalam sejarah Bumi. Setelah melewati zaman yang keras tersebut, manusia dapat hidup lebih lama dari hominid lain di pohon keluarga biologinya.
Lebih lanjut, zaman pleistosen didominasi oleh zaman es besar terakhir. Sebagian besar dari apa yang saat ini menjadi Eropa dan Amerika Utara kala itu terkubur di bawah gletser tebal.
Dalam kondisi tersebut, ekosistem di seluruh dunia sangat berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang. Pada zaman pleistosen binatang besar seperti mamut, mastodon, dan sloth raksasa berkeliaran dalam jumlah yang banyak.
Manusia atau Homo sapiens menggunakan kecerdikan dan daya tahannya yang luar biasa untuk memburu makanan besar tersebut. Namun peneliti menyebut frekuensi mereka memangsa herbivora ini tidak begitu mudah untuk diketahui.
“Kami memutuskan untuk menggunakan metode lain untuk merekonstruksi pola makan manusia zaman batu: untuk memeriksa memori yang tersimpan dalam tubuh kita sendiri, metabolisme, genetika, dan bentuk fisik kita,” kata Ben-Dor.
“Perilaku manusia berubah dengan cepat, tetapi evolusinya lambat. Tubuh mengingat,” imbuhnya.
Sebagai contoh, dibandingkan dengan primata lain, tubuh kita membutuhkan lebih banyak energi per satuan massa tubuh, terutama ketika menyangkut otak kita yang haus energi, seperti dikutip dari studi yang diterbitkan di American Journal of Physical Anthropology tersebut.
Kemudian waktu sosial kita, seperti saat membesarkan anak, juga membatasi jumlah waktu yang bisa kita habiskan untuk mencari makanan.
(lom/lth)