Jakarta, CNN Indonesia —
Keanekaragaman hayati di zona temaram (twilight zone) lautan Bumi berpotensi musnah karena krisis iklim. Padahal, zona tersebut merupakan tempat tinggal dari banyak makhluk dan organisme laut di Bumi.
Twilight zone merupakan zona di laut yang terletak di kedalaman antara 200 meter hingga 1000 meter. Zona tersebut merupakan rumah bagi miliaran metrik ton organisme dan biodiversitas Bumi yang paling menarik.
Meskipun, zona tersebut sebetulnya berada di luar jangkauan sinar Matahari.
Twilight zone juga merupakan habitat krusial bagi hewan laut yang menyelam untuk mencari makan seperti hiu atau ikan lentera. Kedua hewan itu bersembunyi di twilight zone pada siang hari dan muncul ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan.
Dikutip dari CNN, sebuah riset terbaru mengingatkan, krisis iklim bisa mengurangi kehidupan di zona tersebut antara 20 persen hingga 40 persen pada akhir abad ini.
Jika emisi gas rumah kaca terus berlanjut, para pakar mengestimasi, kehidupan wilayah lautan dapat sangat terkuras dalam 150 tahun – dan pemulihan mungkin tidak dapat dilakukan selama ribuan tahun.
Perkiraan itu diperoleh setelah ilmuwan laut dan paleontolog bekerjasama mempelajari dampak terhadap twilight zone selama peristiwa penghangatan suhu Bumi di zaman kuno.
Tujuannya, mereka ingin memprediksi bagaimana habitat tersebut meresponnya di masa depan akibat pemanasan global.
Tim peneliti mempelajari inti yang diambil dari dasar laut yang mencakup bukti cangkang mikroskopis yang diawetkan dari plankton.
Seiring waktu, cangkang kalsium karbonat menumpuk di dasar laut, menyimpan informasi tentang seperti apa lingkungan itu selama hidup mereka.
Cangkang-cangkang kecil itu secara efektif membuat garis waktu tentang bagaimana lautan telah berubah selama jutaan tahun.
“Kami masih mengetahui sedikit tentang zona senja samudra, tetapi dengan menggunakan bukti dari masa lalu, kami dapat memahami apa yang mungkin terjadi di masa depan,” kata penulis studi utama Dr. Katherine Crichton, seorang peneliti postdoctoral di University of Exeter, Britania Raya.
Hasil dari penelitian ini sendiri sudah dipublikasikan di jurnal Nature Communications. Para peneliti memberi judul What the geological past can tell us about the future of the ocean’s twilight zone untuk penelitian mereka.
Para peneliti berfokus kepada dua periode hangat yang terjadi sekitar 15 juta dan 50 juta tahun yang lalu. Pada saat itu, suhu di samudra “lebih hangat daripada sekarang.”
“Kami menemukan, twilight zone tidak selalu mengandung habitat yang kaya,” kata salah satu penulis studi, Paul Pearson, honorary professor Cardiff University.
“Di periode hangat ini, ada lebih sedikit organisme yang hidup di sana karena sedikitnya makanan yang ada dari air di permukaan,” ujarnya menambahkan.
Berdasarkan temuan tersebut, para pakar lalu mengombinasikannya dengan simulasi siklus karbon Bumi karena ia bergerak di darat, laut dan atmosfer. Hasilnya, para peneliti menulis
“Penemuan kami menyiratkan perubahan signifikan sedan terjadi. Tanpa mitigasi emisi gas yang kuat, disrupsi ekologis akan terjadi secara luas di twilight zone pada tahun 2100, dengan efek yang terasa hingga milenium setelahnya.”
(lth)