Hampir sebulan menjelang hari pemilihan umum AS, kepala badan keamanan siber nasional AS dengan tegas meyakinkan warga Amerika yang terseret dalam pusaran disinformasi dan ketidakpercayaan terhadap proses pemilu bahwa mereka akan bisa mempercayai hasil pemilu.
Pejabat pemilu di tingkat negara bagian dan lokal telah membuat banyak kemajuan dalam upaya mengamankan proses pemungutan suara, penghitungan surat suara dan infrastruktur pemilu lainnya, sehingga sistem pemilu kali ini lebih tangguh daripada sebelumnya, kata Jen Easterly, direktur Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS. Alhasil, lanjutnya, tidak mungkin Rusia, Iran, atau musuh asing lainnya dapat mengubah hasil pemilu.
“Aktor jahat, bahkan jika mereka mencoba sekalipun, tidak dapat memberikan dampak dalam skala besar sehingga menimbulkan dampak signifikan terhadap hasil pemilu,” kata Easterly kepada kantor berita Associated Press dalam wawancara pada Rabu (2/10).
Keyakinan Easterly pada proses pemilu disampaikannya ketika pejabat intelijen memperingatkan tentang meningkatnya upaya musuh asing untuk memengaruhi pemilih, memperdalam perpecahan partisan, dan merusak kepercayaan pada pemilu AS.
Pernyataannya bertolak belakang dengan keraguan jutaan warga Amerika, khususnya para pendukung Partai Republik, sejak berlangsungnya pemilu AS 2020, ketika mantan Presiden AS Donald Trump menolak menerima kekalahan. Sejak saat itu, ia terus mendengungkan tuduhan bahwa terjadi kecurangan pemilu, yang ia jadikan landasan untuk mengklaim bahwa pemilu telah dicuri darinya seandainya ia kalah lagi dalam pilpres November mendatang.
Easterly menyinggung berbagai masalah terkait pemilu, termasuk disinformasi, perannya dalam berinteraksi dengan perusahaan media sosial, serta ancaman berkelanjutan terhadap petugas pemilu, ketika surat suara telah dikirimkan kepada pemilih dan beberapa negara bagian telah memulai proses pemungutan suara awal. Ia juga mengatakan bahwa institusinya telah berkomunikasi dengan pejabat pemilu di seluruh wilayah yang terkena dampak Badai Helene di sisi tenggara AS, dan memuji para petugas karena “menunjukkan ketahanan yang luar biasa dan mengagumkan” ketika mereka berusaha memastikan bahwa pemilih tetap bisa memberikan suara mereka terlepas dari kerusakan akibat badai yang terjadi.
Sadar bahwa kepercayaan banyak warga AS terhadap pemilu “telah terguncang”, Easterly menekankan betapa siapnya petugas pemilu untuk menghadapi keadaan darurat, kekeliruan sederhana, maupun serangan – serta betapa termotivasinya mereka untuk melindungi suara warga Amerika.
Selama beberapa tahun terakhir, para pejabat pemilu telah berupaya meningkatkan pertahanan keamanan siber di seluruh sistem pemungutan suara nasional, dengan menerapkan prosedur mulai dari pengendalian akses hingga pengujian rutin untuk mengidentifikasi potensi kerentanan. Mereka juga menguji peralatan pemungutan suara sebelum setiap pemilihan untuk memastikan mesin-mesin itu berfungsi dengan baik.
Easterly menjelaskan lapisan keamanan dan transparansi, seperti surat suara fisik di lebih dari 97 persen yurisdiksi pemungutan suara, sebagai bentuk perlindungan yang akan membantu memverifikasi hasil penghitungan suara.
“Akan ada kesalahan. Mungkin akan terjadi badai lainnya. Bisa jadi ada serangan ransomware, serangan penolakan layanan terdistribusi,” ujarnya. “Gangguan-gangguan ini akan menimbulkan dampak, tetapi tidak akan memengaruhi kemampuan untuk mencatat suara pemilih atau menghitung suara pemilih.”
Pejabat AS telah menghabiskan waktu selama beberapa bulan terakhir untuk memberi peringatan dengan menjatuhkan dakwaan pidana, sanksi dan imbauan terbuka bahwa musuh-musuh asing sedang meningkatkan upaya mereka untuk memengaruhi pemilih dalam pemilihan presiden AS.
Bulan lalu, pemerintahan Biden menyita lebih dari dua lusin situs web palsu yang dikelola Kremlin dan mendakwa dua karyawan media pemerintah Rusia dalam skema untuk secara diam-diam mendanai pemengaruh alias influencer sayap kanan. Minggu lalu, tiga mata-mata Iran didakwa meretas kampanye calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.
Badan intelijen dan perusahaan teknologi telah melacak aktor Rusia dan Iran yang menggunakan situs web dan profil media sosial palsu untuk menyebarkan misinformasi, memicu perpecahan, dan memengaruhi pemilih AS. Iran dan Rusia telah berusaha memengaruhi pemilu AS terdahulu melalui disinformasi online dan peretasan. Easterly mencatat bahwa China juga “sangat tertarik” untuk memengaruhi pemilu AS 2024.
Di luar upaya untuk memengaruhi pemilu, ia mengatakan bahwa lembaganya tidak mendeteksi adanya aktivitas yang menarget sistem pemilu.
“Kami belum melihat aktivitas siber tertentu yang dirancang untuk mengganggu infrastruktur atau proses pemilu,” ungkap Easterly.
Prevalensi disinformasi pemilu telah menjadi perhatian banyak pihak. Salah satu konsekuensinya, menurut Easterly, adalah peningkatan ancaman fisik yang meresahkan terhadap pejabat pemilu dari kedua belah pihak, dan, dalam beberapa kasus, keluarga mereka, yang sering kali didasarkan pada klaim bohong mengenai pemilu 2020. Ia menyebutnya “merusak” demokrasi dan mengatakan itu adalah hal yang patut dilawan bersama oleh masyarakat.
Easterly juga mengakui “lingkungan informasi yang sangat berbelit-belit dan membingungkan,” dan mengatakan bahwa lembaganya bekerja sama dengan para pejabat pemilu untuk mempromosikan informasi yang akurat. Akan tetapi, ia juga menjelaskan bahwa lembaganya tidak memantau situs media sosial atau mencoba memoderasi konten di sana.
“Itu bukan peran kami,” ujarnya.
Setelah calon wakil presiden Trump, Senator JD Vance, menuduh pemerintah federal melakukan “penyensoran” dalam debat cawapres Selasa (1/10), Easterly dengan tegas membela lembaganya, yang dikenal dengan singkatan CISA.
“CISA tidak menyensor, tidak pernah menyensor,” ungkapnya. “Dan tuduhan terhadap CISA penuh dengan ketidakakuratan fakta.”
CISA, bersama lembaga federal lainnya, menjadi bagian dari gugatan hukum yang diajukan negara bagian-negara bagian yang dikuasai Partai Republik, yang mengklaim bahwa pemerintah federal telah menerapkan “tekanan tanpa henti” untuk memaksakan perubahan konten online di platform-platform media sosial. Dengan suara enam banding tiga, Mahkamah Agung AS menyatakan bahwa negara-negara bagian tersebut tidak memiliki hak hukum untuk menggugat.
Easterly mendorong para pemilih yang mempertanyakan bagaimana pemilu dikelola untuk menghubungi kantor pemilihan umum setempat dan bahkan menjadi sukarelawan untuk menjadi petugas pemungutan suara sehingga dapat memahami proses dan perlindungan pemilu yang sudah ada. ia juga memperingatkan bahwa musuh-musuh asing hampir pasti akan memanfaatkan proses penghitungan suara setelah pemilu sebagai cara untuk merusak kepercayaan terhadap hasil pemilu. Ia mendesak para pemilih untuk bersabar, dengan menekankan bahwa diperlukan waktu beberapa hari untuk menentukan pemenang pemilu.
“Kita harus bersatu sebagai bangsa Amerika untuk melindungi dan melestarikan apa yang paling berharga,” ujarnya. “Yaitu dasar demokrasi kita – pemilu yang adil, bebas, aman dan terjamin.” [rd/uh]