Jakarta, CNN Indonesia —
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkap strategi meningkatkan jumlah ekspor mobil dari Indonesia yang salah satunya melalui perjanjian dagang dengan negara baru.
Hal ini dikatakan untuk menyokong target ekspor mobil Indonesia seperti yang diungkap pemerintah mencapai 1 juta unit pada 2025.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menjelaskan perjanjian dagang baru ini mirip skema perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Australia yang telah diresmikan sejak 2020. Ia juga bilang akan menggandeng pemerintah untuk hal ini.
Perjanjian dengan Australia dikenal sebagai IA-CEPA atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement.
Salah satu keuntungan buat industri otomotif dalam negeri dari IA-CEPA adalah dibukanya ekspor mobil CBU pertama dari Indonesia ke Australia melalui Toyota Fortuner.
“Kemudian kami akan mengembang perjanjian-perjanjian dagang dengan negara lain yang belum punya perjanjian dagang dengan kita. Seperti kemarin kan Australia,” kata Nangoi ditemui di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022, Kamis (18/8).
“Nah nanti akan dibuka beberapa negara lagi, saya sendiri tidak hapal negara mana yang belum punya perjanjian,” ungkapnya kemudian.
Upaya lain untuk mendorong ekspor, ia mengatakan Gaikindo akan berbincang dengan para prinsipal otomotif sehingga mereka membuka destinasi negara baru untuk ekspor.
“Kami akan bicara dengan prinsipal dan akan dibantu oleh pemerintah,” katanya.
Selain itu ia bilang Gaikindo juga akan menggalakkan insentif sebagai dukungan agar pasar mobil Tanah Air berkembang. Namun Nangoi tidak mengurai maksud insentif tersebut.
Ia menegaskan pengembangan pasar otomotif di Indonesia sangat penting sebab hal tersebut diyakini dapat menjadikan jenis mobil yang diproduksi di Indonesia semakin beragam.
Nangoi bilang hal itu sekaligus menjadi salah satu modal Indonesia untuk menambah negara tujuan ekspor.
“Jadi intinya menambah negara ekspor, dan menambah jumlah model yang [berpotensi] ekspor. Tadinya kan kita cuma ekspor tahu, sekarang tahu, tempe, perkedel. Jadi disertifikasi produk dan negara tujuan,” kata Nangoi.
(ryh/fea)