Jakarta, CNN Indonesia —
Para astronaut yang menghabiskan waktu lebih dari enam bulan di misi luar angkasa berisiko menderita keropos tulang setara beberapa dekade dan tidak bisa pulih.
Hal itu berdasarkan sebuah studi yang dipimpin Leigh Gabel, Asisten Profesor jurusan Kinesiologi di University of Calgary, Kanada. Menurutnya, tulang-tulang para astronaut hanya mampu pulih parsial.
“Kami menemukan bahwa tulang yang menjadi tumpuan berat hanya pulih parsial di kebanyakan astronaut, satu tahun setelah penerbangannya ke angkasa,” kata Leigh seperti dilansir Live Science.
“Hal itu menyiratkan keropos tulang secara permanen akibat penerbangan luar angkasa setara dengan keropos tulang selama beberapa dekade karena faktor umur di Bumi,” ujarnya menambahkan.
Leigh bersama rekan-rekannya menerbitkan penelitian itu dengan judul Incomplete recovery of bone strength and trabecular microarchitecture at the distal tibia 1year after return from long duration spaceflight. Jurnal tersebut dipublikasikan di Scientific Reports.
Para peneliti mengkaji tulang dari 17 astronaut yang menetap di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). 14 di antara astronaut itu berjenis kelamin laki-laki sementara sisanya perempuan.
Mereka rata-rata berumur 47 tahun dan telah menetap di ISS selama empat sampai tujuh bulan. Untuk melacak pengeroposan dan pemulihan tulang astronaut, para peneliti memindah area spesifik dari tubuh mereka.
Beberapa yang dipindai antara lain pergelangan tangan, engkel, dan betis. Hal itu dilakukan sebelum para astronaut berangkat ke ISS dan setelah mereka kembali.
Tak cukup sampai di situ, para ilmuwan lalu memindai lagi para astronaut enam sampai 12 bulan setelah mereka kembali ke Bumi.
Pemindaian itu sendiri menggunakan teknik high-resolution peripheral quantitative computed tomography (HR-pQCT). Dengan teknik ini, struktur tulang manusia digambar tiga dimensi dengan skala yang lebih halus daripada rambut manusia.
“Setelah 12 bulan setelah penerbangan, median kekuatan tulang tibia (F.Load), total, kortisal, dan kepadatan mineral tulang trabekular (BMD), fraksi volume tulang trabekular, dan ketebalan tetap -0,9% hingga -2.1% berkurang dibandingkan dengan sebelum penerbangan,” tulis para peneliti.
Setelah ini, para ilmuwan merencanakan studi lanjutan untuk meneliti dampak perjalanan luar angkasa lebih dari tujuh bulan terhadap tulang.
Penelitian direncanakan sebagai bagian dari proyek NASA untuk mempelajari efek jangka panjang luar angkasa terhadap lebih dari selusin bagian vital tubuh manusia.
“Mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu di ruang angkasa kehilangan lebih banyak tulang. Jadi masuk akal untuk berasumsi bahwa menghabiskan lebih banyak waktu di luar angkasa dapat berarti pengeroposan tulang lebih lanjut,” kata Boyd.
Selain membantu para astronaut untuk tetap sehat selama penerbangan panjang, penelitian ini juga menawarkan wawasan tentang bagaimana membantu para astronaut menyesuaikan diri pada saat kembali ke Bumi.
(can/lth)