Kayu-kayu yang ditebang secara ilegal itu disimpan dalam gudang dan dijaga polisi, menunggu digunakan dalam inisiatif “Timber Returns Home” di Santander Departemen. Sejak 2021, inisiatif itu membangun rumah bagi lebah, hewan penyerbuk kecil yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Sejauh ini, proyek tersebut telah memanfaatkan sekitar 200 meter kubik kayu, mengubahnya menjadi 1.000 sarang lebah. Sekitar 10.000 sarang lagi direncanakan untuk tahap berikutnya, menurut otoritas lingkungan hidup Santander, wilayah yang disebut-sebut tercantik di Kolombia dan popular dikunjungi turis.
“Setiap tahun kami melakukan 10 operasi, yang memungkinkan kami menyita sekitar 1.000 meter kubik kayu di Santander. Kami mengusulkan agar kayu-kayu ini memberi manfaat bagi lebih dari 100 keluarga yang beternak lebah supaya kayu-kayu ini kembali ke rumah, diubah menjadi tempat pemeliharaan lebah untuk kembali menyerbuki hutan kita,” papar Alexcevith Acosta, Direktur Autonomous Corporation of Santander.
Maria Acevedo adalah peternak lebah yang tergabung dalam proyek itu. Ia menyayangkan proyek pemanfaatan kayu-kayu ilegal ini baru dilakukan sekarang.
“Manfaat proyek ini menurut saya sangat bagus. Seharusnya ini sudah dilakukan bertahun-tahun lalu, sebelum kayu-kayu itu rusak karena di sini banyak peternak lebah. Tidak semua dari kami terorganisir, namun mereka membuka bengkel dan merakit kotak-kotak sarang itu dan menjualnya dengan harga murah,” kata Maria Acevedo.
Sebelumnya, kayu-kayu sitaan diubah menjadi serbuk gergaji, disumbangkan ke pemerintah kota untuk proyek-proyek dan tidak jarang dibiarkan membusuk. Kini, kayu-kayu itu digunakan untuk membantu mengatasi “masalah yang sangat serius” kemungkinan punahnya lebah, kata ahli biologi German Perilla, direktur Honey Bee Impact Foundation.
“Tugas kami adalah mengubah kayu-kayu ini menjadi sarang-sarang lebah. Kami juga melatih orang-orang yang menerima sarang-sarang tersebut. Kalau kita berbicara dengan siapa pun, semua orang mengira ini adalah peti. Bukan, ini bukan peti. Harus ada struktur yang spesifik di dalam kotak-kotak ini.”
Sekitar 75 persen tanaman penghasil buah-buahan dan biji-bijian untuk konsumsi manusia bergantung pada penyerbukan. Namun, PBB telah memperingatkan bahwa 40 persen hewan penyerbuk invertebrata– terutama lebah dan kupu-kupu – berisiko mengalami kepunahan global.
“Ancaman utamanya adalah kita akan kehabisan pohon dan tidak akan ada bunga, karena tanpa bunga tidak ada lebah, tanpa lebah tidak ada manusia, dan kita akan kehabisan makanan,” ujar Acevedo.
Pada 2023 saja, kata Acevedo kepada kantor berita AFP, dia kehilangan lebih dari separuh sarang lebah. Dia menyalahkan pestisida yang digunakan dalam produksi tanaman sekitar seperti kopi.
Menurut data resmi, sekitar 3.000 sarang lebah mati di Kolombia setiap tahunnya. Tiap sarang mampu menampung sekitar 50.000 lebah. Uji laboratorium mendapati jejak insektisida fipronil pada sebagian besar serangga yang mati.
Kolombia telah melarang fipronil – yang sudah dilarang di Eropa. Amerika Serikat dan China membatasi penggunaannya mulai Februari 2024.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), suhu yang lebih panas, kekeringan, banjir, dan kejadian ekstrem lainnya akibat perubahan iklim, mengurangi bunga penghasil nektar yang menjadi makanan lebah. Hasil penelitian juga mengaitkan lebah yang mandul dengan stres akibat suhu panas.
Otoritas lingkungan Santander menyita sekitar 1.000 meter kubik kayu yang ditebang secara ilegal dalam operasi anti-perdagangan orang di Santander setiap tahunnya. Negara ini kehilangan 123.517 hektar pohon pada 2022, terutama di Amazon – hutan tropis terbesar di dunia.
Hampir setengah dari seluruh kayu yang diperdagangkan di Kolombia adalah ilegal, menurut kementerian lingkungan hidup. [ka/ab]