Berbagai reaksi muncul menyusul diizinkannya mobil-mobil tanpa sopir beroperasi atau melakukan uji coba di jalan-jalan di California. Sebagian warga menyambutnya, dan sebagian lain menentangnya. Sejumlah pakar berpendapat, perlu waktu bagi masyarakat untuk menerimanya, dan bagi pakar teknologi untuk memperbaikinya.
Di California, ada lebih dari 40 perusahaan yang memiliki izin untuk menguji mobil minus sopir (driverless car). Namun, baru dua perusahaan, Cruise milik GM dan Waymo milik Google yang mendapat lampu hijau untuk beroperasi di seluruh San Francisco, memperluas armada mereka, dan membebankan tarif kepada pelanggan. Mereka juga beoperasi 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu.
Katherine Allen, 37, pengacara di San Francisco dan pelanggan Waymo, menyambutnya dengan suka cita.
“Saya selalu merasa lebih aman di dalam mobil itu dibandingkan di dalam mobil tradisional. Ini agak aneh, menurut saya, karena perasaan kurang aman biasanya berasal dari ketidakhadiran manusia untuk melakukan komunikasi langsung. Tapi sebenarnya mobil ini selalu melaju dalam batas kecepatan, sangat konservatif, dan terkadang bahkan berlebihan. Mobil ini juga memberikan banyak ruang gerak bagi pengendara sepeda di jalanan,” komentarnya.
Pendapat serupa dilontarkan Isaac Smith, 50, pelanggan Cruise. Pria yang berkecimpung di bisnis pembuatan film ini malah mengatakan, layanan seperti ini pantas bagi mereka yang sibuk dan tak ingin diganggu.
“Suasana di dalam mobil itu sangat tenang. Tidak ada obrolan. Tidak ada stasiun radio aneh yang diputar, musik sembarangan apa pun yang suka didengarkan pengemudi. Saya benar-benar melihat kemungkinan melakukan sejumlah pekerjaan saat berada di dalam mobil itu,” pungkasnya.
Namun, tak semua orang setuju. Sejumlah warga mengeluhkan kekacauan lalu lintas yang diakibatkan mobil-mobil minus pengemudi itu. Departemen pemadam kebakaran San Francisco mendokumentasikan 55 insiden yang melibatkan kendaraan seperti itu.
Solan Megerssa, penumpang mobil minus sopir, sempat merasa kesal. “Saat berada di persimpangan yang aneh, mobil berhenti di tengah jalan. Padahal, ada beberapa mobil di sekitarnya. Jelas saya tidak tahu harus berbuat apa, dan mobil itu berhenti begitu saja,” jelasnya.
Hanya sehari setelah Komisi Utilitas Umum San Francisco menyetujui perluasan layanan kendaraan tersebut, media sosial ramai dengan video kendaraan Cruise yang tiba-tiba berhenti dan menyebabkan kemacetan lalu lintas saat berlangsungnya Festival Musik Outside Lands di kota itu.
Cruise meminta maaf melalui X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, dengan mengatakan bahwa festival besar tersebut menimbulkan kendala bandwidth nirkabel, yang menyebabkan tertundanya konektivitas ke kendaraan mereka.
Supir-supir taksi juga mengeluh, termasuk Jessie Reyes, yang sudah menekuni pekerjaannya selama belasan tahun. “Uber dan Lyft sudah merugikan bisnis kami. Kami tidak memerlukan saingan tambahan,” keluhnya.
Ahmed Banafa, analis teknologi di San Jose State University, tidak merasa prihatin dengan kekacauan ini. Ia malah menilainya sebagai peluang bagi kotanya untuk mengembangkan industri kendaraan tanpa sopir.
“Semua ini adalah glitch dan bug di algoritma. Bagusnya mobil berhenti, tidak ngebut, dan tidak melakukan tindakan lain. Masalahnya kalau tidak diatasi di San Fransisco, pasti akan diatasi di kota lain. Ini adalah kesempatan yang tidak ingin kita sia-siakan,” katanya. [ab/uh]